Minggu, 28 November 2010

Makalah Motivasi

MAKALAH

MOTIVASI UNTUK BELAJAR


BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Banyak orang berpendapat bahwa salah satu penyebab ketidakberhasilan seseorang dalam belajar karena orang tersebut tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Sering pula muncul perdebatan di masyarakat, Satu pihak mengutarakan bahwa orang tua, Guru, Dosen / Instruktur/ Fasilitator kurang memotivasi peserta didik untuk mengembangkan dirinya.; Pihak lainnya berpendapat bahwa motivasi tidak bisa dari luar, peserta didik sendirilah yang bisa dan harus menumbuh-kembangkan motivasi belajarnya. Begitu pula di kalangan akademisi di bidang pendidikan, psikologi, manajemen, dan lain-lain banyak melakukan berbagai riset dalam kaitan motivasi ini, dari berbagai sudut pandang. Jadi sudah banyak teori tentang motivasi; yang mana cocok, sebagaimana layaknya teori, tergantung dari sudut mana kita memandang. Dalam makalah ini, tidak akan dibahas teori-teori tersebut secara rinci, karena maksud pembuatan makalah ini bukanlah belajar tentang motivasi, tetapi belajar bagaimana agar kita menjadi termotivasi untuk belajar. Meskipun demikian, sedikit orientasi tentang beberapa teori akan kita ulas, agar yang memerlukannya bisa menelaah sendiri lebih jauh teori yang memang diminati untuk diketahui lebih dalam. Oleh karena itu, pokok bahasan makalah akan mencakup 5 bagian, yaitu (1) Pendahuluan yang memperkenalkan wawasan tentang apa yang dimaksud dengan ‘motivasi belajar’; (2) Orientasi Teori Motivasi, dimana kita bisa ‘window shopping’ atas beberapa teori motivasi yang dianggap banyak kalangan sebagai relevan; (3) Mengapa Perlu Termotivasi, ajakan jedah kembali merenungkan mengapa kita perlu termotivasi untuk belajar; (4) Menjadi Termotivasi Belajar, memberikan insight bagaimana caranya agar kita bisa menjadi termotivasi dalam belajar.; (5) Penutup

1.2. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini agar kita memiliki pengetahuan dan pengenalan akan motivasi belajar selama ini, dan memiliki insight bahwa menjadi termotivasi adalah ‘sungguh merupakan urusannya’ ( his/her real bussiness) , memiliki pengetahuan awal tentang bagaimana belajar menjadi termotivasi untuk belajar. Dan juga terkandung harapan agar dengan apa yang diperoleh makalah ini, kita dapat lebih berupaya menjadi termotivasi untuk belajar, belajar dan belajar.

1.3. Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini adalah dapat memberikan informasi bagaimana cara memupuk motivasi agar dapat termotivasi untuk belajar sehingga kita bisa lebih termotivasi lagi untuk belajar dan (mungkin) memperbaiki mindset kita tentang bagaimana memotivasi diri sendiri.


BAB II. ISI
2. 1. Motivasi Belajar
Apakah yang dimaksud dengan motivasi belajar?
Menurut kamus psikologik, secara harfiah berarti ” perlengkapan psikologik” yang membangkitkan organisme untuk bertindak ke arah tujuan yang diinginkan; alasan untuk bertindak yang mana memberi arah dan tujuan pada tingkah laku . Jadi dari kedua arti tersebut, menjadi jelas bahwa motivasi merupakan vektor, mengandung bobot dan arah.
Lebih lanjut motivasi selalu dihubungkan dengan tujuan. Jadi motivasi belajar, tentunya perlengkapan psikologik yang membangkitkan seseorang untuk belajar agar mencapai tujuan. Dengan perkataan lain, apabila kita tidak jelas dengan tujuan yang hendak kita capai, maka sulit untuk menemukan motivasi belajar. Pada hakekatnya belajar adalah panggilan hidup. Jadi bagi orang beriman, setidaknya sudah jelas satu tujuan mempertanggung-jawabkan kehidupan di hadapan Yang Maha Kuasa. Hal itu berarti, sebisanya kita perlu belajar menjadi orang sebagaimana kita dimaksudkan Sang Pencipta. Demikian pula kondisi otak kita bertumbuh dan berkembang sesuai dengan kuantitas dan kualitas asupan. Semakin banyak kita belajar, semakin berkembang fungsi otak kita, semakin lebih termotivasi lagi untuk mencari tahu-belajar. Jadi bisa kita simpulkan bahwa sudah hakikinya manusia memiliki motivasi belajar. Tersirat pengertian tidak ada orang yang tidak mempunyai motivasi belajar. Tinggal persoalannya adalah berapa kekuatannya dan kemana arah belajarnya, Apabila pada sejumlah orang tidak nampak termotivasi, berarti mereka sudah belajar lewat satu dan lain kondisi, menjadi orang yang tidak termotivasi untuk belajar, atau mereka tidak memiliki kejelasan tentang tujuan hidupnya. Andaikan mereka berupaya memperjelas tujuan hidupnya, dan menghapus hasil belajar ( ’de-learning’) yang keliru, maka motivasinya akan nampak.
Meskipun tiap orang memiliki motivasi belajar, ada orang yang termotivasi dari dalam dirinya – ’intrinsic’ , ada juga yang termotivasi dari luar - ’extrinsic’ . Mereka yang motivasi belajarnya bersifat intrinsik biasanya berorientasi ’inner locus of control’. Mereka secara teratur mempertanyakan ke dirinya : ”Apa yang sudah saya pelajari ? Apa yang bisa saya laku kan untuk menambah dan memperbaikinya, mengembangkannya? Apakah saya sudah cukup berupaya?, masih bisa ditingkatkankah upaya saya ? Yang pada hakekatnya, melakukan monitoring diri, sejauh mana kemajuan perkembangannya belajar menjadi
Sedangkan orang-orang yang termotivasi belajar oleh hal di luar dirinya, cenderung meletakkan ’locus of control’ di luar dirinya. Mereka memotivasi diri dalam belajar dengan mempertanyakan pertanyaan seperti : ” Apa yang saya bisa peroleh apabila saya lakukan hal ini, apabila saya mempelajari hal ini ? Kalau saya dapat nilai baik, apa yang akan saya peroleh? Dst. Pada umumnya, motivatsi ekstrinsik diperoleh sebagai hasil belajar dengan lingkungannya, terutama lingkungan keluarganya di rumah. Artinya mereka dibesarkan dengan cara seperti itu. Tidak banyak peluang mereka dapatkan untuk membuat pilihan-pilihan, segala sesuatunya telah di’set-up’ tergantung kepada orang lain, tergantung apa kata orang lain, dan seterusnya.
Dari keduanya, tentunya tidak ada yang 100 % murni intrinsik maupun ekstrinsik. Orang termotivasi intrinsik, berarti terbanyaknya ia didorong oleh hal-hal dari dalam kalbunya. Sedangkan orang-orang yang termotivasi ekstrinsik, kebanyakkan berdasar kepuasan yang datangnya atau berada di luar dirinya. Semakin besar kekuatan motivasi intrinsiknya, semakin besar juga kecenderungan yang bersangkutan bisa belajar menjadi.
Lebih jauh ada banyak riset tentang motivasi, yang dapat memberi kita insight lebih lanjut bagaimana posisi dan perannya dalam kehdiupan kita sehari hari. Pada bagian berikut, kita akan melakukan orientasi atas sejumlah teori, hanya sebagai informasi latar dalam percakapan memotivasi diri ini.

2.2. Orientasi Teori Motivasi
Sebagaimana disampaikan terdahulu, ada banyak teori yang menjelaskan tentang motivasi. Beberapa teori sudah sangat dikenal dan dipergunakan di banyak bidang ilmu dan praktisi. Berikut, secara sepintas kita akan melakukan orientasi atas sekjumlah teori, yang dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu :
  1. kelompok teori yang menjelaskan tentang komponen dari motivasi;
  1. kelompok kedua teori-teori yang menjelaskan proses motivasi, sedangkan
  2. kelompok ketiga, teori teori yang menjelaskan motivasi dalam kaitan dengan hal lain seperti prestasi, self image, dan seterusnya.
1. Kelompok teori : komponen dari motivasi
Cukup banyak teori yang menjelaskan motivasi dari sudut strukturalnya, akan tetapi kita akan melihat sebagai ilustrasi, hanya dua teori yaitu : ‘Teori Peringkat kebutuhan’ dari Abraham Maslow dan Teori Terpancar’ dari David Mc Clelland D
(1) Teori Peringkat Kebutuhan’ dari Abraham Maslow
Maslow mengutarakan bahwa pada dasarnya tingkah laku manusia ( termasuk belajar), didorong oleh kebutuhan yang orang tersebut pada saat itu. Jadi, seseorang me lakukan sesuatu karena pada saat itu ia menghayati sangat keku rangan (depriviation) salah satu kebutuhannya, yang akan terpenuhi oleh kelakuan tersebut.; dan dorongan ini disebut ‘D-motive’.
Selanjutnya, kebutuhan manusia tersebut digolongkan Maslow kedalam enam tingkatan (Semula Maslow mengajukan 5 tingkatan, belakangan dalam rangka merespon keritikan teorinya, ia menambahkan satu tingkatan , yaitu kebutuhan kognitif, sesudah aktualisasi diri. ( Mahdi) ), yaitu :
  1. Kebutuhan fisiologik ( makanan, air, udara, dst);
  2. Kebutuhan rasa aman ( bebas dari rasa takut, cemas, tertekan,dst);
  3. Kebutuhan Bersosial ( berteman, mencintai dan dicintai, dst),
  4. Kebutuhan Pengakuan - self Esteem ( dihargai, diakui prestasinya, reputasinya,dst);
  5. Kebutuhan aktualisasi diri ( untuk mejadi yang ia bisa menjadi) dan
  6. Kebutuhan Kognitif ( kebutuhan untuk memutahirkan diri).
Lebih lanjut keenam kelompok kebutuhan tersebut bersifat hirarkhis. Artinya kebutuhan paling dasar ( fisiologik) dihayati dan terpenuhi pada batas minimalnya, barulah terhayati kebutuhan hirarkhi berikutnya ( rasa aman) . Hanya ketika kebutuhan rasa aman tersebut terpenuhi pada ambang bawahnya, barulah muncul kebutuhan dengan hirarkhi di atasnya lagi ( sosial) , demikian seterusnya hingga kebutuhan aktualisasi diri. Pada saat orang mulai beraktualisasi, maka ia akan menyadari adanya kekurangan informasi atau skill yang diperlukan untuk melanjutkan aktualisasinya, maka muncullah kebutuhan kognitif, yaitu menambah dan meng-‘updated’ hasil belajarnya. Setelah mengisi kognitifnya, maka yang bersangkutan akan kembali ke kebutuhan dasar, tetapi bukan dalam dorongan kekurangan, tetapi dalam dorongan keperluan, yang Maslow sebut sebagai B-motive atau Beta motive.
Jadi menurut teori Maslow, orang perlu belajar untuk bisa ‘survival’, dan apabila mau berkembang, mau belajar menjadi ( beraktualisasi) , maka manusia akan terdorong untuk belajar menjadi.
(2) Teori Terpancar’ dari David Mc Clelland
Mc Clellland, dalam penelitiannya di beberapa negara maju, menjumpai bahwa kemajuan negara tersebut sebenarnya dipicu oleh sejumlah kecil ( sekitar 2 %) orang yang mempunyai profil motive tertentu. Profil motivasi mereka sedemikian rupa sehingga memungkinkan mereka menjadi entrepreneur, karena mereka memiliki ‘mind-set / jiwa entrepreneurship’, yang menurut Mc Clelland bisa dilatihkan. Motivasi manusia dibedakan Mc Clelland dalam 3 macam, yaitu motive pencapaian ( achievement), motive keakraban (Affiliation) dan motive kekuasaan ( Power). Setiap manusia memiliki ketiga motive ini, hanya saja dalam konfigurasi yang berbeda-beda. Ada orang yang motivasi achievementnya tinggi, motivasi affiliasinya rendah, dan motivasi Powernya tinggi; tetapi ada pula orang yang motivasi achievementnya tinggi, motivasi affiliasinya sedang, dan motivasi Powernya rendah, dsbnya. Kemudian Mc Clelland menemukan ciri-ciri orang dengan masing-masing konfigurasi tersebut. Lebih lanjut setiap profesi atau pekerjaan membutuhkan profil/konfigurasi motivasi tertentu.
2. Kelompok teori : proses motivasi
Dari teori motivasi yang menjelaskan proses, kita tinjau dua teori saja sebagai ilustrasi, yaitu : Teori harapan - ’expectancy theory’ dari V. Vroom dan teori Penguat – ‘Re inforcement theory’ dari B.F.Skinner.
(1) Teori harapan - ’expectancy theory’ dari V Vroom
Vroom merumuskan Motivasi sebagai perkalian anatara ‘expectancy’, yaitu persepsi individu tentang kemampuan atau kemungkinannya mencapai sasaran. dan ‘valence’, nilai yang dilekatkannya pada keluaran atau imbalan yang akan ia peroleh. Lebih lanjut, kondisi ini hanya berlaku bagi mereka yang memiliki “internal locus of control”, dimana mereka yakin dapat mengontrol pencapaian tujuan mereka.; akan tetapi tidak berlaku bagi mereka yang “external locus of control”
(2) Teori Penguat – ‘Re inforcement theory’ dari B.F.Skinner
Teori ini disebut juga Stimulus Respons theory; karena menurut teori ini stimulus yang datang pada individu, akan membuat individu memberi respons, dan respons ini akan mempunyai konsekwensi atau penguat ( Consequences /reinforcement ). Penguat ini bermacam-macam, yaitu: penguat positif, yang akan memperkuat terulangnya respons ; penguat menghindari, penguat negatif; penguat yang sifatnya mengurangi dan hukuman yang juga merupakan penguat negatif. Lebih lanjut, kemunculan penguat ada yang berkelanjutan, artinya setiap respon muncul, begitu juga penguat. Ada juga yang membutuhkan interval waktu. Yang membutuhkan sela waktu ini, beberapa macam antara lain : penjadwalan sela tetap (‘fixed interval’); penjadwalan sela tidak teratur (‘variable interval’); penjadwalan rasio tetap (‘fixed ratio’) dan penjadwalan rasio tidak teratur (‘variable ratio’)
3. Kelompok teori : motivasi dalam aplikasinya
Berikut adalah dua teori aplikasi motivasi sebagai ilustrasi, yaitu teori Covington yang dikenal sebagai teori diri berharga - ‘Self-worth theory of achievement dan teori Ames dengan struktur tujuan sebagai sistem motivasi.
(1) ‘Self-worth theory of achievement’ dari Covington
Covington melihat ‘performance’ merupakan hasil perpaduan dari kemampuan – ability yang dimiliki seseorang dengan upaya –effort yang dikeluarkannya untuk melakukan pencapaian. Selanjutnya performance ini akan berpengaruh pada penghayatan diri berharga ( ‘self worth’) , yang pada gilirannya akan menambah penghayatan kemampuan dan upaya, sehingga semakin baik lagi performancenya, dst kita melihatnya sebagai termotivasi.
(2) “Goal Structure as Motivational System’, dari Ames
Ames melihat ada kaitan yang erat antara struktur tujuan –Goal Structure dengan sistem motivasi - Motivational System Tujuan yang mengarah pada kerja sama – cooperative, berkaitan erat dengan sistem motivasi yang didasarkan pada moralitas. Sedangkan tujuan yang bersifat competitive, akan mendorong sistem motivasi yang bersifat egoistik. Sementara tujuan yang arahnya individualistik akan berkaitan dengan sistem motivasi yang menekankan penguasaan-mastery.
Demikianlah kita telah sepintas lalu melihat-lihat inti enam teori motivasi, semoga Anda mempunyai sedikit orientasi , dan insight bahwa teori tentang motivasi amat beraneka ragam tergantung dari sudut mana kita memandang. Yang mana yang baik? Setiap teori memiliki kelemahan dan kekuatannya masing-masing. Nampaknya untuk keperluan tertentu selalu ada teori yang paling sesuai. Seperti disampaikan sebelumnya bagian 2 ini hanya sebagai ‘window shopping’. Bila suatu saat Anda memerlukan , Anda dapat mendalami teori yang Anda perlukan. Sekarang mari kita kembali kepertanyaan hakikiki, mengapa kita perlu termotivasi untuk belajar ? Jawabannya kita bahas pada bagian berikut.

2.3. Mengapa Perlu Termotivasi
Ada beberapa hal yang menyebabkan kita perlu termotivasi untuk belajar. Pertama, belajar adalah panggilan hidup. Artinya tanpa belajar kita tidak bisa hidup. Tanpa belajar, otak kita tidak mendapat asupan untuk berkembang, kurus kering kerontang. Jadi mau tidak mau, sadar atau tidak sadar kita mesti belajar. Pertanyaannya cukup kuatkah motivasi kita? Sudah betulkan arah belajar kita. Ingat, bahwa kata motivasi sendiri tidak bisa dilepaskan dari arah tujuan. Kedua, dalam rangka belajar menjadi seseorang yang sesuai dengan maksudNya, kita perlu mengenali berbagai potensi dan bakat yang dibekalkan kepada kita masing-masing. Sudah sewajarnya kita mencari tahu, kemudian mengembangkannya dengan rasa syukur dan memanfaatkannya untuk kepentingan kemaslahatan orang banyak; sebab belum tentu orang lain memiliki apa yang sudah dianugerahkan kepada kita. Untuk keperluan ini, kita perlu termotivasi untuk belajar, agar semua itu tidak mubazir, dan Insya Allah bisa kita pertanggungjawabkan dihadapan Sang Pencipta. Lebih lanjut, kita pun akan mengalami frustrasi apabila kita memiliki tujuan yang tidak bersesuaian ( jauh lebih tinggi atau jauh lebih rendah) dengan kemampuan dan bakat yang kita miliki. Oleh karena itu kita perlu mencari tahu, secara sadar termotivasi untuk belajar.
Setelah kita tahu bahwa pasti ada motivasi belajar dalam diri kita, tapi pada sebagian kita belum nampak, sehingga orang lain selalu mendorong, menyuruh kita untuk belajar atau mempelajari sesuatu. Tidakkah kita perlu kembali respek terhadap diri kita, kemudian menentukan sendiri arah yang hendak dituju, dan berkomitmen mencapainya , menjadi termotivasi dan dengan demikian terjaga integritas diri.
Merupakan hukum alami, semakin kita belajar, semakin banyak kita tahu dan mampu; semakin ingin dan butuh mengetahui lebih banyak lagi. Sebab semakin banyak kita tahu semakin kita menyadari betapa banyak yang kita tidak ketahui.. Di sisi lain, pengetahuan dan kemampuan yang kita peroleh akan menambah besar kepercayaan diri kita dalam menyongsong tantangan kehidupan di depan, yang saya yakin semakin tidak mudah dilalui. Oleh karena itu seyogyanya kita termotivasi untuk belajar.

2.4. Menjadi Termotivasi Belajar
Dari uraian di atas, kita barangkali bisa sepakat sekarang, bahwa semua kita memiliki motivasi belajar, dan termotivasi belajar adalah keharusan yang sifatnya instrinsik, untuk mengakomodasikan panggilan hidup belajar. Persoalannya adalah bagaimana kita bisa secara sadar belajar menjadi termotivasi untuk belajar. Pada bagian ini, kita akan membahas strategi dan beberapa tips untuk keperluan belajar menjadi termotivasi untuk belajar..
Pada diri manusia terdapat tiga ranah, yaitu ranah spiritual, ranah psikologik dan ranah fisik. Oleh karena itu, strategi belajar menjadi termotivasi belajar , perlu digarap di ketiga ranah tersebut. Selanjutnya, sebagaimana terkandung dalam kata motivasi itu sendiri, perlu ada bobot dan arah, Ada energi ( spirit, psikis dan fisik) dan arah ke tujuan. Oleh karena itu strateginya adalah perlu ada asupan untuk ketiga ranah agar menghasilkan energi di ketiganya, dan ada tujuan hidup ( jangka panjang, jangka menengah, jangka pendek) yang jelas agar arah menjadi jelas. Dengan begitu, kita bisa punya energi dan arah, barulah kita bisa belajar menjadi termotivasi untuk belajar. Dengan mengacu pada strategi dasar di atas, berikut disampaikan sejumlah tips untuk Anda pergunakan dalam ‘belajar menjadi’ termotivasi untuk belajar.
Dengan mengacu pada strategi dasar di atas, berikut disampaikan sejumlah tips untuk Anda pergunakan dalam ‘belajar menjadi’ termotivasi untuk belajar.
(1) Berupayalah merumuskan tujuan hidup Anda
Tujuan akan memberikan arah dan makna pada hidup dan kehidupan, menolong Anda memfokuskan upaya-upaya pada hal-hal yang sudah Anda putuskan penting bagi Anda. Tujuan akan memberi arah pada motivasi belajar Anda. Oleh karena itu berupayalah merumuskan tujuan hidup Anda, kemudian Anda dapat menurunkan tujuan jangka menengah dan jangka pendek Anda. Bila Anda merasa kesulitan dalam merumuskan tujuan, Anda bisa mencari tahu pedoman untuk merumuskan tujuan, berkonsultasi dengan teman atau Penasehat Akademik (PA) Anda, atau datang berkonsultasi pada konselor di Pusat Bimbingan Konseling. Berikut beberapa hal yang dapat Anda pertimbangkan dalam merumuskan tujuan Anda :
1) Tetapkan tujuan-tujuan yang spesifik dan terukur
2) Identifikasikan tujuan jangka pendek dan tujuan jangka menengah, yang keduanya merupakan langkah-langkah menuju tercapainya tujuan jangka panjang Anda
3) Tetapkan batas waktu (target date) untuk setiap butir bagian tujuan ( sub-goal)
4) Identifikasikan kendala-/hambatan yang sekiranya akan dihadapi, yang akan menghalangi Anda; dan sumberdaya yang akan menolong Anda untuk mencapai tujuan Anda. Rencanakanlah bagaimana Anda akan menangani hambatan tersebut.
5) Evaluasi ‘outcome’ setiap langkah menuju tujuan Anda. Chek diri Anda apakah betul ini yang Anda mau tuju? Apakah betul betul ini yang Anda inginkan? Apakah perlu mempertimbangkan informasi lebih lanjut?
6) Revisi dan modifikasi atau bahkan bisa saja anda ubah tujuan, apabila
(2) Beri komitmen – Commitment
Setiap tugas merupakan serangkaian tindakan (Tindakan adalah kegiatan yang membawa kita lebih dekat ke tujuan . Tanpa tujuan, hanya ada kegiatan secara acak.). Kadang suatu tugas terdiri dari beberapa tindakan tetapi tidak jarang suatu tugas membutuhkan banyak tindakan ; dan bukan tidak mungkin diiringi sejumlah ‘interupsi’, bahkan muncul tugas lain yang juga perlu segera dikerjakan.
Oleh karena itu kita memerlukan komitmen. Komitmen adalah derajat sejauh mana Anda melibatkan /memberikan diri anda pada serangkaian tindakan. Komitmen merefleksikan niat / tekad ---‘intention’ dan dedikasi – dedication , kesetiaan dan kesediaan berkorban. Motivasi menjadi tinggi manakala anda membuat komitmen yang kuat. Bisa diungkapkan lain, seakan Anda mengatakan : ‘ Saya sungguh sungguh hendak menyelesaikan tugas ini , dan saya siap berupaya keras untuk menyelesaikannya.’. Lebih lanjut, komitmen merupakan sesuatu yang dinamis, bisa membesar atau menguat, bisa juga mengecil/melemah. Jadi Anda perlu merawatnya. Salah satu cara merawat, yaitu dengan menghubungkan apa yang sedang Anda kerjakan/pelajari dengan tujuan Anda ( jangka panjang, jangka menengah atau jangka pendek). Hal ini akan memperbesar minat Anda, dan memberi Anda arah belajar, dan komitmen.
Namun demikian Anda perlu mawas diri untuk tetap berada di masa kini, karena hanya bila Anda berada di saat kini, barulah Anda bisa sadar akan motivasi Anda dan bisa berbuat. Cara lainnya dengan men-camkan ke diri bahwa setiap tindakan merupakan suatu langkah ke arah tujuan. Sementara seperti pepatah mengatakan : « Perjalanan terpanjang selalu dimulai dengan suatu langkah » , juga « Memulai mengerjakan , sudah menyelesaikan separuh pekerjaan. » Bertindaklah konsisten dengan tujuan Anda.
(3) Temukan Role Model:
Belajar menjadi jauh lebih mudah manakala kita mempunyai seorang model untuk itu. Cobalah menemukan ‘role model’ yang dapat memberi inspirasi bagaimana keuletan, ketangguhan, kecerdasan, jatuh bangunnya dalam berachievement; untuk memicu kita belajar menjadi termotivasi seperti ‘role model’ tersebut. Manakala Anda sulit menemukan di sekeliling Anda ( sudah langka), maka Anda bisa mendapatkannya dengan membaca biografi dari orang-orang besar yang berhasil di berbagai bidang, ada banyak di seluruh jagat raya ini, termasuk di Indonesia, juga di daerah Anda..
(4) Tidak mudah menyerah
Manakala Anda menghadapi hambatan, tidak serta merta menunjukkan bahwa Anda harus berhenti berupaya, karena Anda melihatnya sebagai tanda tidak mampu; ataupun lalu Anda jengkel, karena teman tidak mau kerja sama, karena dosennya keterlaluan , karena semua orang lain salah kecuali Anda ( ‘outer locus of control’) . Hambatan perlu dipersepsi sebagai tanda bahwa Anda membutuhkan tambahan (informasi, skill, teman berdiskusi,dst), maka perbesar lagi upaya Anda, cari ‘mitra diskusi, mitra-konsultasi’ dan akuilah ke diri bahwa Anda masih memerlukan tambahan pengetahuan , maka belajarlah tentang ………. , masih memerlukan tambahan skill, belajarlah bagaimana memahirkan skill ………. tersebut, masih membutuhkan wisdom ……., berkonsultasilah dengan Sang Pencipta. Yang penting, jagalah agar Anda tidak lengket pada hambatan tersebut, dan menjadi lemah lalu menyerah malas bahkan apatis.
(5) Bersikap Mawas diri
Otak menyimpan semua hasil rekaman pengetahuan dan penghayatan kita dalam memory-nya. Apabila karena satu dan lain hal kita sempat keliru belajar menjadi ’tidak mampu, tidak berdaya, tidak bisa belajar’, maka langkah yang perlu dilakukan adalah merombak hasil belajar tersebut- ’de-learning’ dengan cara memutahirkan (up-dated) selalu mind-set kita. Kembali berdialog dengan diri Anda, dari mana datangnya pikiran tersebut, lalu mutahirkan ( teknik Stop pikiran lama, ganti dengan pikiran baru)
Salah satu sikap mawas yang perlu dijaga adalah mawas akan kosakata yang Anda ungkapkan baik ke diri maupun ke luar. Kosa-kata yang Anda pakai mencerminkan siapa Anda tetapi juga membentuk diri Anda. Sebagai ilustrasi, apabila kita belum berhasil menguasai suatu mata kuliah, kosakata apakah yang kita keluarkan ( bersuara ataupun dalam hati ?) .............. ” Ah memang saya tidak mampu” , ”ah memang bukan jurusan pilihanku”, ” Dosennya tidak becus menerangkan”, ” Sialan, apa sih gunanya belajar ini semua”, dst. Apabila kosakata itu yang keluar, maka bisa dipastikan Anda kehilangan kesempatan termotivasi. Mengapa tidak seperti Thomas Edison, ketika ia masih selalu gagal menghasilkan nyala bola lampunya, ia mengatakan bahwa ”semua upaya yang belum menghasilkan ini merupakan prasarat untuk munculnya nyala pertama dari bola lampunya ”. Pada akhirnya kita tahu kosakatanya betul, dan sekarang kita menikmati hasil jatuh bangunnya. Pergunakanlah kosakata yang mendukung diri Anda maju, seperti misalnya: ”Saya punya potensi, mungkin belum terpoles, belum terasa; baiklah saya coba memolesnya, ya saat ini saya perlu bantuan, yang dapat memoles potensi saya.” Selanjutnya hindarilah kosakata yang membawa Anda lebih terpuruk lagi, seperti :”Sebetulnya saya bisa, cobanya ............”. , ” Andai saja .............., ”, atau ” Sebenarnya saya bisa, tetapi .............”, hanya sebagai pembenaran diri.
Dibalik kosakata yang Anda pergunakan, adalah sikap hidup yang Anda anut, ’mind-set’ yang Anda setel. Jadi mulailah dari sana mengubahnya, memutakhirkan sesuai tuntutan jaman.
(6) Bina energi yang Anda butuhkan
Semua yang diuraikan di atas membutuhkan energi untuk melakukannya. Oleh karena itu, Anda perlu menghimpun, merawat dan memanaje energi Anda, baik energi spiritual, emergi psikis maupun energi fisik. Anda dibekali sejumlah energi hidup, sejak Anda diciptakan. Rawatlah energi tersebut dengan mensyukurinya. Selalulah antusias (Arti kata Antusias- Enthusiasm adalah Tuhan beserta kita– Shakinah )dalam segalanya. ”Ora et labora’, berdoa dan bekerja. Artinya, selalulah berkonsultasi dengan Sang Pencipta sebab ’blue print’ kita ada padaNya. Dengan begitu, energi hidup (vitalitas) kita terjaga, sebab tersambung terus dengan Sumbernya.
Pikiran Andapun perlu mendapat asupan yang segar, sehingga bisa selalu bugar. Hal ini bisa Anda lakukan dengan cara atara lain : membaca buku-buku cerita/novel yang inspiratif; tontonlah hanya film atau sinetron, telenovela, tayangan yang inspiratif. Dengarkan ceramah, khotbah, diskusi hal-hal yang inspiratif; kunjungi hasil karya besar yang inspiratif seperti museum, pameran lukisan, pameran seni, dst Pergilah ke alam bebas, indahnya panorama , Karya Sang Pencipta, pasti inspiratif. Dengan begitu Anda sudah menjaga vitalitas Anda, spiritual dan mental, tinggal lagi mengagumi dan merawat Karya Besar Sang Pencipta lainnya yaitu tubuh Anda sendiri. Perhatikan, sayangi dan rawatlah tubuh Anda; sebab tubuh kita luar biasa, kaya inspirasi untuk kehidupan kita di berbagai bidang. Perhatikan, cermati, rawat, maka Anda akan mendapatkan kembali energi fisik yang Anda butuhkan.
(7) Seimbang - ’steady state’
Kata kuncinya adalah seimbang , dalam pengertian ’steady state’. Hidup ini banyak aspeknya. Dalam upaya belajar menjadi Diri Anda yang sesuai dengan fitrah Anda, hendaknya bukan hanya satu aspek saja , tetapi seutuhnya. Prestasi akademik memang penting, tetapi itu bukan segala-galanya. Ada banyak yang perlu dipelajari selain mata kuliah. Bijaklah mempergunakan waktu Anda, agar teralokasi dengan proporsional bagi semua keperluan belajar , belajar tentang maupun belajar menjadi.
BAB III. PENUTUP
Kini tibalah di penghujung ulasan , kita telah membahas apa itu motivasi belajar, yang bisa dibedakan sebagai ‘intrinsic’ atau ‘extrinsic’. Kita pun tahu bahwa sejak lahir, kita dibekali (default design) termotivasi secara ‘intrinsic’. Namun dalam perkembangan hidup kita, (sebagian orang) karena satu dan lain kondisi, telah keliru belajar menjadi orang yang seakan tidak termotivasi belajar ataupun termotivasi secara extrinsic’, sehingga hilang sejumlah kebebasan.
Sejumlah teori motivasi telah kita telusuri secara sepintas; membuat kita menjadi insight betapa ragamnya teori-teori tersebut. Ada yang membahas komponennya, ada yang prosesnya , ada pula yang aplikasinya. Dengan begitu banyak peluang ke depan untuk belajar tentang berbagai teori tersebut sesuai keperluan.
Kita pun telah mencari tahu alasan mengapa kita perlu termotivasi belajar. Sesungguhnya tidak bisa tidak, kita perlu termotivasi belajar, sebab itu adalah kondisi untuk bisa ‘survive’ dan berkembang, untuk bisa hidup. Segala perlengkapan yang dibutuhkan untuk itu telah dibekalkan kepada kita, yang semestinya tidak boleh mubazir, yang juga Insya Allah akan dipertanggungjawabkan dihadapan Sang Pencipta.
Pada bagian terakhir kita telah menurunkan strategi dasar bagaimana ‘belajar menjadi’ termotivasi belajar. Sejumlah tips telah juga kita dikupas. Masih banyak yang belum terungkap, akan menjadi temuan Anda pribadi masing-masing dalam perjalanan belajar menjadi termotivasi belajar Anda ke depan. Semoga tulisan ini mempunyai nilai guna manfaat bagi diri Anda masing-masing.
Selamat belajar.

Referensi :
Gunarya, Arlina. 2006. Menjadi Termotivasi Untuk Belajar. Http://www.2dix.com/. 28 November 2010
Maslow. (en)A. Motivation and Personality. New York: Harper & Row, 1954
McClelland, D.C. (en)The Achieving Society, New York: Van Nostrand Reinhold, 1961

Tidak ada komentar:

Posting Komentar