Rabu, 05 Januari 2011

Dampak Stimulasi Otak Tengah

Tulisan dibawah ini merupakan kejanggalan dan ketidakilmiahan stimulasi atau aktivasi otak tengah.
Aktivasi otak tengah (midbrain) makin marak di Indonesia. Beragam aksi spektakuler dipertontonkan dan diberitakan. Katanya, midbrain yang telah diaktivasi menjadikan anak berusia 5-15 tahun jadi jenius. Benarkah demikian? Atau, ada faktor X yang perlu dicermati?
Aktivasi otak tengah menjadi sebuah fenomena dalam dunia pendidikan. Fenomena ini mengundang keingintahuan, penasaran, sekaligus kegelisahan. Keingintahuan dipicu oleh testimoni para pelatih dan peserta. Konon ceritanya, setelah otak tengah diaktivasi, prestasi di sekolah melejit. Bahkan, sering pula dipertontonkan kemampuan tertentu. Misalnya: dapat membaca dengan mata tertutup (blindfold reading method). Dalam aksinya, anak yang telah diaktivasi tersebut dapat melakukan kegiatan tertentu pula. Sebutlah, bisa melewati penghalang dengan mata tertutup tanpa menabraknya. Bahkan dapat melihat isi suatu kotak tanpa membuka tutupnya. Masih banyak hal lain yang dapat mengundang decak kagum siapa pun. Kata para aktivisnya, ini adalah efek samping otak tengah yang telah diaktivasi.
Selain blindfold reading method, ada pula yang dapat membaca dengan meraba (skin vision). Melalui skin vision ini, anak dapat membaca dengan mata tertutup hanya dengan meraba, terkadang membau, atau meletakkan barang tertentu di bawah hidung. Secara rasional, hal ini sukar dimengerti. Namun, para mentor selalu berdalih bahwa itu terjadi akibat otak tengah yang telah diaktivasi. Wow.…keren! Hebat! Luar biasa! Namun, jangan berhenti di situ dulu. Ternyatatidak hanya senang. Kekhawatiran pun merebak. Apa pasal? Orangtua yang menggunakan logika sehat, menengarai ada faktor X di balik semua itu. Namun, lagi-lagi para aktivis selalu membantahnya. Tengoklah tulisan Hartono Sangkanparan dalam karyanya,Dahsyatnya Otak Tengah (Visimedia, 2010). Dalam tulisan itu, Hartono menyiratkan bahwa ada hal-hal yang sukar di logika. Sukar di logika ini bukan berarti suatu penipuan.


Sebenarnya, aktivasi otak tengah yang dikenal dengan istilah midbrain ataumesencephalon telah dipraktikkan sekitar 40 tahun silam, khususnya di Jepang. Waktu itu, praktik ini hanya di seputar Negara Matahari Terbit tersebut. Entah bagaimana, ceritanya lima tahun lalu mulai meluas ke Malaysia. Dari Malaysia, seperti lagu Bengawan Solo, mengalir sampai jauh. Akhirnya ke Indonesia. Mr. David Ting dari GMC International, Malaysia mengenalkan konsep itu. Lantas, sekitar September 2009 mulai diselenggarakan seminar. Sayap Midbrain makin luas setelah karya Hartono Sangkanparan dipublikasikan Februari 2010.
Sejarah mutlak diperlukan. Melalui sejarah kita dapat menganalisa sesuatu. Saking pentingnya sejarah, maka ada nasihat yang mengatakan jangan melupakan sejarah. Aktivasi otak tengah pun punya sejarah. Setelah berdiskusi dengan hamba Tuhan keturunan Jepang, dr. Venny Pungus, SpKJ menjelaskan demikian. “Dahulu banyak orang China yang ke Jepang. Di sana mereka berjuang untuk hidup,” kata dokter Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta itu. Kemudian, karena tak mampu bertahan, mereka mengembangkan kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir yang menghasilkan sesuatu yang luar biasa.

Praktik aktivasi otak tengah di negeri ini menuai beragam respons. Ada yang cuek. Tak mau ambil pusing. Namun, ada pula yang bereaksi keras. Klaim-klaim penelitian ilmiah yang digemakan para aktivis, mengusik para dokter. Nurani mereka tergugah. Setelah diteliti, ternyata tidak ada satu pun rekomendasi jurnal ilmiah kedokteran internasional, tentang penelitian dimaksud. Padahal, katanya sudah 40 tahun. Bagaimana mungkin telah berusia 40 tahun, namun tidak ada referensi peneliti internasional? Maka, dr. Yossy Agustanti Indradjaja, SpKJ menyebut praktik ini tak ilmiah. “Aktivasi otak tengah tidak memiliki dasar ilmiah sama sekali,” terang dokter di Rumah Sakit Siloam dan Cikini Jakarta tersebut. Pemahaman aktivasi otak tengah dapat mengaktifkan sekaligus otak kiri dan kanan adalah pemahaman yang keliru. Alasannya mudah. Masing-masing otak berkembang dengan stimulus atau rangsangan yang berbeda. “Tidak bisa dengan cara instan,” tandasnya dengan nada tinggi. Pendiri yang mengadakan pelajaran itu adalah ahli komputer yang menggunakan teknologi komputer untuk membangkitkan fungsi potensial otak manusia. Di sini masalahnya. Perlu dipahami, otak manusia lebih rumit dari komputer. Otak manusia memiliki fungsi luhur yang tidak dimiliki oleh komputer.
Sebelum membahas lebih jauh, ada baiknya kita mengenal apakah otak tengah itu? Teori yang dibangun para aktivis midbrain mengatakan otak tengah adalah jembatan antara otak kanan dan otak kiri. Dalam tulisan-tulisan dan pelatihan selalu dikatakan demikian. Benarkah begitu? Rupanya, literatur kedokteran membantahnya. Lagi-lagi menurut dr. Venny, otak tengah berada di antara otak depan dan otak belakang. Sementara yang membagi dua otak kanan dan kiri namanya corpus callosum. Maka, dapatlah dipastikan, otak tengah tidak berfungsi menghubungkan otak kiri dan kanan seperti diajarkan selama ini. Menurut dr. Venny hal itu terjadi karena para aktivis bukanlah dokter yang memahami anatomi tubuh manusia. Karena itu, saran Pst. Ir. Timotius Arifin, DPM, membicarakan masalah otak serahkan ahlinya. Dicontohkan Gembala Senior GBI Rock Denpasar ini, kalau seseorang tubuhnya sakit, tanyalah kepada dokter, bukan kepada sarjana teknik atau ahli bahasa.
Kalau demikian, bagaimana struktur otak tengah itu? Kepada Zega dan Luci dari Bahana, dr. Venny kembali menguraikan. Struktur otak tengah (midbrain) berisi antara lain corpora quadrigemina yang terdiri dari colliculus superior dan inferior.Fungsinya untuk visual dan auditori (pendengaran). Di samping itu, dalam midbrain sendiri terdapat jalur-jalur motorik untuk otot dan jalur-jalur sensori, untuk perabaan. Juga ada syaraf ketiga dan keempat untuk dilatasi (melebar/membesar, red) pupil dan mengatur gerakan bola mata. Midbrain juga berfungsi mengontrol respons kita. Ya, respons tatkala melihat/mendengar sesuatu. Perhatikanlah ini. Ketika pupil terkena cahaya, ia membesar atau mengecil. Hal ini terjadi karena fungsi syaraf yang ada di midbrain.
Sekarang, kalau orang mengatakan melatih midbrain membuat anak jadi cerdas. Apa dasar ilmiahnya? Kalau dilatih seperti itu, kecerdasannya di mana? Pasalnya, fungsi midbrain bukan untuk kecerdasan. Fungsi memori ada di otak depan di sana ada sistem limbik, di situ pusat emosi dan memori. Misalnya, Anda mengingat sesuatu, fungsinya ada di otak depan. Bukan pada midbrain.
Memang, saat aktivasi otak tengah, katanya anak-anak bisa punya kelebihan. Bisa melakukan ini dan itu. Kabarnya pula kalau terus dilatih, akan mempunyai kemampuan memprediksi. Bagaimana itu terjadi? “Bagi saya, ada faktor X yang dimanfaatkan,” urai jebolan Universitas Gadjah Mada (UGM) itu. Secara logika berdasarkan anatomi dan fungsi tubuh, jika midbrain diaktifkan untuk menjadikan jenius, jelas tidak logis. Dengan skin vision misalnya, seorang yang dilatih bisa membaca/melihat suatu tulisan, ini tidak nalar. Apa alasannya? Karena ketika Tuhan menciptakan, fungsi kulit adalah sebagai alat peraba. Bukan untuk yang lain-lain. Maka, bila dalam midbrain terjadi hal di atas, diduga ada trik khusus.


Bila prestasi anak di sekolah sungguh-sungguh melejit, bukankah membuktikan kecerdasannya meningkat? Rupanya, dr. Yossy punya alasan sendiri. Hati-hati dengan pernyataan tersebut! Bila ingin mengadakan penelitian terhadap efektifnya suatu metode, harus jelas alat ukur yang digunakan. Alat untuk mengukur kecerdasan sebelum dan sesudah ikut pelatihan, kemudian metode pelatihan tersebut harus berdiri sendiri, tidak boleh disertai dengan metode lain seperti speed reading, atau mind mapping. Keberhasilan pelatihan tersebut harus memenuhi syarat populasi tertentu dan prosentase angka keberhasilannya.
Setelah mengikuti pelatihan aktivasi otak tengah, seorang anak dapat mengurutkan kartu remi sesuai angka, warna dan bentuk kartu dengan mata tertutup.
Apakah Anda ingin anak Anda main kartu dengan mata tertutup? Apakah Anda ingin ia dapat membaca jawaban di buku ketika sedang ulangan? Atau, Anda rindu anak bertumbuh dan berkembang normal serta cerdas sesuai kemampuannya? Tidak ada kurikulum pelajaran dan tidak ada pekerjaan yang mensyaratkan seseorang harus bisa melihat sesuatu secara tembus pandang. “Ini kiranya menjadi bahan pertimbangan kita,” pinta jebolan kedokteran spesialis kesehatan jiwa Universitas Indonesia (UI) itu.


Pelatihan aktivasi midbrain yang biasanya berlangsung dua hari selalu meniupkan “angin surga”. Tiupan itu berupa janji anak akan jadi jenius. Apakah arti jenius itu dalam dunia pendidikan? Dr. Ir. Bob Foster, MM menjelaskan demikian. Sebenarnya pengertian jenius belum punya standar baku. Namun, secara umum jenius adalah istilah untuk menyebut seseorang dengan kapasitas mental di atas rata-rata. Di bidang intelektual terutama ditunjukkan dalam hasil kerja yang kreatif dan orisinil. Karena itu, seorang yang jenius selalu menunjukkan individualitas dan imajinasi yang kuat, tidak hanya cerdas, tetapi juga unik dan inovatif.
Secara kuantitatif, orang yang dikategorikan jenius punya IQ (Intelligence Quotient) di atas 130. Namun, definisi ini pun dipertanyakan. Mengapa? Karena penskoran IQ lebih banyak menggunakan metode tes bidang logika. Padahal, kecerdasan bukan hanya masalah logika matematika. Namun, bisa juga kecerdasan dalam bidang lain. Albert Einstein jenius dalam fisika, namun tidak dalam bidang lain, misalnya seni.
Aktivasi midbrain kerap dikaitkan dengan proses belajar mengajar. Disebutkan anak punya konsentrasi tinggi. Benarkah demikian? Bagi Dr. Bob, proses belajar mengajar membutuhkan situasi yang kondusif terhadap emosi, yaitu limbic brain (otak limbik). Kemudian dalam metode belajar (how to learn), kita libatkan kedua belahan otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Ini bukan aktivasi otak tengah yang seperti menyalakan listrik dengan saklar. Optimalisasi penggunaan otak dengan menyeimbangkan otak kiri dan kanan dapat dilakukan bila telah mengetahui kekhasan fungsi keduanya.
Ditambahkan oleh Rektor Universitas Informatika dan Bisnis Indonesia (UNIBI) Bandung ini, belahan otak kiri punya fungsi tersendiri. Fungsinya meliputi berpikir: analisis, logika, urutan, detail, angka/tulisan, kata-kata, dll. Sementara belahan otak kanan meliputi fungsi berpikir: kreatif/imajinatif, emosi/perasaan, acak, menyeluruh, gambar, irama/musik, dll. Contoh penggunaan kedua belahan otak itu secara bersamaan adalah ketika seorang ibu mengajarkan nama-nama hari kepada anaknya. Sang ibu tidak hanya menyebut Senin, Selasa, …, Minggu secara datar dengan kata-kata (otak kiri saja) namun sekaligus menyanyikannya dengan irama (otak kanan). Akibatnya, kedua belahan otak digunakan seimbang. Hasilnya, proses belajar menjadi lebih mudah.
Berdasarkan pengalaman sebagai pembicara seminar mengoptimalkan kinerja otak, Dr. Bob mengurai metode lain. Metode lain misalnya, metode asosiasi yang membuat visualisasi (otak kanan) terhadap pelajaran yang akan diingat atau belajar dengan menggunakan mind map.
Kiranya jangan terkecoh dengan midbrain yang disamarkan sebagai jambatan penghubung antara otak kiri dan otak kanan. Aktivasi otak tengah tidak ada hubungannya dengan proses mengajar.
Mohon dipahami. Pembelajaran (kecerdasan) bukan hanya melibatkan bagian otak tertentu saja. Pembelajaran sejati melibatkan sebagian besar otak. “Istilah aktivasi otak tengah, boleh dikatakan menyesatkan makna,” cetus Dirut Bimbingan Belajar Ganesha Operation tersebut.
Dan berikut ini adalah beberapa implikasi lain dari aktivasi otak tengah
Ada cukup banyak cara yang biasa dipakai untuk mengaktivasi otak, misalnya dengan alunan musik klasik (yang paling poluler karya-karya Mozart), lagu-lagu / instrumentalia tertentu, gerakan-gerakan tubuh, menciptakan suasana tertentu, bermain dengan angka-angka, menambahkan berbagai bahan chemical, dan masih banyak cara lainnya. Banyak institusi menawarkan berbagai pelatihan yang menjanjikan untuk meningkatkan IQ tersebut, dengan memasukkan berbagai metode yang diyakini dapat menghilangkan tekanan mental para peserta selanjutnya mempermudah pengaktifan bagian-bagian tertentu otaknya. Beberapa ilmuwan mencoba mempelajari tentang otak tengah / mid brain. Harapan mereka sesudah penemuan yang mencengangkan tentang kiri dan kanan, sekaranglah saatnya mengungkap fenomena tentang otak tengah. Metode yang digunakan bukan sekedar cara-cara klasik seperti yang kita kenal, karena program neuro-linguistik (NLP) mereka sisipkan demi sebuah proses aktivasi yang nantinya mengarah pada suatu keadaan extra sensory perception (ESP). Suasana dibuat sedemikian rupa agar semua peserta yang ada di ruangan tersebut memasuki Alpha State, suatu fase dimana gelombang lambat di otak manusia, yang membuat seseorang mudah dipengaruhi dan diisi oleh berbagai hal oleh para instruktur. Metode yang cukup popular dikenal saat ini adalah BFR (blindfold reading). Sebagai informasi, di Rusia diperlukan waktu satu tahun bagi seorang siswa untuk mampu melakukan aksi blindfold. Di Jepang, sedikitnya perlu waktu tiga bulan untuk melakukannya. Ajaibnya di Indonesia suatu perusahaan pelatihan menyatakan hanya perlu waktu 12 jam untuk membuat anak-anak jenius! Aktivasi dianggap berhasil apabila mereka berhasil mengenali berbagai macam benda dan halangan di sekitarnya dalam keadaan mata ditutup. Dengan demikian anak-anak tersebut akan mampu membaca, menggambar, menghitung, berlari dan menghindari semua rintangan tanpa menggunakan indera penglihatan mereka yaitu mata. Bahkan mereka berani menjanjikan, anak-anak akan memiliki kemampuan tembus pandang, menyusun kartu remi secara urut tanpa melihat, dapat membaca suatu dokumen rahasia di balik tembok, menghitung uang yang ada dalam dompet di saku baju seseorang, merangkum seluruh isi textbook dalam waktu singkat, memprediksi hal-hal buruk yang bakal terjadi esok, bahkan membaca pikiran orang-orang yang ada di sekelilingnya agar tak mudah tertipu. Hal itu bagi mereka dianggap sebagai talenta manusia baru di jaman modern ini, karena memiliki kecerdasan tersendiri (jenius) dengan kemampuan extra sensory perception (ESP), sehingga nantinya kita tak lagi tertarik menonton acara pertandingan sulap The Master. Pandangan di atas tentu tidak begitu saja dapat dibenarkan, karena secara medis kita bisa mengenali fungsi fisiologi seluruh organ dalam tubuh kita. Mengaktifkan dan menciptakan seseorang untuk memperoleh pengalaman extra sensory perception sudah jauh melenceng dari ranah medis fisiologis. Bahkan hal ini erat kaitannya dengan terjadinya berbagai gangguan mental pada manusia, yang salah satu gejalanya adalah mampu mendengar, melihat, merasakan dan membaca hal-hal yang tidak bisa didengar, dilihat, dirasakan dan dibaca oleh orang-orang sehat lainnya. Sebagai contoh pada kasus-kasus Skizofrenia pasien merasa yakin dengan kemampuannya membaca isi hati dan pikiran orang-orang lain di sekelilingnya, serta meyakini berbagai penglihatan dan pendengaran gaib yang bisa membuat orang lain berdiri bulu kuduknya. Sampai hari ini belum ada satupun publikasi yang menyatakan bahwa otak tengah dapat diaktifkan untuk meningkatkan kecerdasan manusia, apalagi meng-upgrade nya menjadi jenius.
Musa A. Haxiu & Bryan K. Yamamoto (2002) membuat suatu penelitian midbrain pada 24 ekor musang jantan. Hasilnya aktivasi midbrain di daerah periaquaductal gray (PAG) ternyata justru mengakibatkan otot-otot polos pernafasan menjadi relaksasi, sehingga mengganggu pernafasan hewan-hewan tersebut. Ada beberapa tahapan yang harus dilewati oleh suatu lembaga yang memiliki ide penelitian sebelum dilemparkan dan dimanfaatkan untuk kepentingan publik. Minimal telah melalui 10 tahun percobaan di laboratorium (in vivo), setelah lulus uji klinis, barulah diujikan pada hewan-hewan percobaan dengan evaluasi sekitar 10 tahun. Pada tahap ketiga barulah diujikan pada para relawan (biasanya mereka dibayar) dan kembali dilakukan evaluasi. Dengan demikian dibutuhkan waktu sekitar 30 tahun untuk membawa suatu metode baru yang aman dalam masyarakat.
Menurut Peter D. Larsen, Sheng Zhong, dkk. ada beberapa hal yang berubah karena aktivasi midbrain, misalnya tekanan arteri utama (mean arterial pressure), aliran darah di ginjal (renal blood flow), aliran darah di daerah paha (femoral blood flow), persarafan daerah bawah jantung (Inferior cardiac), per-syaraf-an simpatis dan denyut jantung akan makin meningkat, sebaliknya tekanan darah justru turun, aktivitas persarafan di daerah tulang belakang juga turun. Peningkatan tekanan arteri, aliran darah ginjal dan paha tersebut bisa mencapai 328%.
Sumber:
Majalah Bahana, Juli 2010

Manfaat Stimulasi Otak Tengah

Stimulasi atau sering disebut aktivasi otak tengah adalah suatu penemuan fenomenal dalam pendidikan anak. Teori penggunaan otak tengah sebenarnya telah banyak dilakukan pada banyak negara negara di Asia terutama Jepang. Jepang telah lama melakukan praktek aktivasi otak tengah pada anak-anak. Manfaat metode pelatihan aktivasi otak tengah ini ternyata luar biasa, salah satunya meningkatkan memori dan konsentrasi. Metode pelatihan aktivasi otak tengah ini kini sudah terbukti menciptakan anak-anak memiliki konsentrasi tinggi. Makin tinggi tingkat konsentrasi anak, makin cepat ia mengalami perkembangan sel otak.
Ia mengatakan metode pelatihan otak tengah ini terbukti mengoptimalkan kinerja otak kanan dan otak kiri. Aktivasi otak kiri menciptakan anak cenderung unggul dalam bidang logika, hitungan, bahasa, membaca, menulis dan analisis. Aktivasi otak kanan, anak cenderung unggul dalam bidang kepribadian, kreativitas, seni, penampilan dan implementasi. Aktivasi otak tengah bisa meningkatkan daya paham, dan mempertinggi kreativitas, sehingga dengan mudah anak menemukan potensinya. Aktivasi otak tengah ini turut menjaga bagaimana anak bisa mengendalikan emosi mereka. Seorang anak yang telah diaktivasi otak tengah akan memiliki kemampuan lebih dibandingkan dengan anak yang otak tengahnya belum diaktivasi. Seorang anak yang telah diaktivasi otak tengahnya (Mid Brain Activated) dapat mempunyai kemampuan luar biasa. Kegiatan dengan mata tertutup adalah suatu kegiatan yang paling nyata dapat dilihat. Kemampuan dasar yang dapat dilakukan adalah ‘melihat’ kartu dengan mata ditutup (blind fold).Yaitu dapat mengurutkan seluruh kartu remi sesuai dengan angka, warna dan bentuk gambar kartu dengan mata tertutup. Ia dapat mempergunakan indra raba untuk melihat pola dan warna lengkap dengan angka hanya dengan penglihatan kulit (Skin Vision).
Kemampuan lain yang dapat dilakukan oleh anak-anak ini adalah berjalan dengan mata ditutup, tanpa menabrak. Dilakukan percobaan pada seorang anak yang berjalan dengan mata ditutup kain. Seseorang sengaja menghalangi jalan didepannya. Dia serta merta dapat menghindari rintangan tersebut tanpa menyentuhnya. Seorang anak bahkan dapat mengenali ayahnya diantara kerumunan orang-tua lainnya, tanpa menyentuh dan mendengar suaranya.
Pada tingkatan yang lebih lanjut seorang anak diharapkan dapat ‘melihat’ benda dibalik tembok atau didalam kotak. Ia bahkan dapat menghitung uang yang terdapat dalam dompet seeorang di hadapannya tanpa orang tersebut mengeluarkan dompetnya. Jika seorang anak rajin melatih fungsi otak tengahnya bahkan dia dapat mengharapkan membaca dokumen yang terletak dalam posisi tertutup.
Kemampuan prediksi (memperkirakan apa yang akan terjadi beberapa saat kemudian) adalah kemampuan yang lebih tinggi yang dapat di miliki oleh seorang anak. Seorang anak yang telah mendapat aktivasi otak tengah dapat ‘menduga’ kartu apa yang akan muncul pada saat orang tersebut masih mengocok kartunya. Begitu selesai mengocok, dan memilih sebuah kartu, orang tersebut mengambil sebuah kartu yang ternyata tepat seperti ‘dugaan’ sang anak tersebut.
Aktivasi otak tengah bukanlah suatu hal yang magis atau berbau supranatural. Aktivasi otak tengah dilakukan dengan secara ilmiah. Aktivasi otak tengah ini  banyak mempergunakan gelombang otak Alpha. Gelombang otak Alpha di buktikan secara ilmiah adalah gelombang otak yang muncul dominan pada saat kita dalam keadaan relax dan paling kreatif. Gelombang otak ini biasanya dominan pada saat kita bangun tidur, atau dalam keadaan relax di toilet, atau bahkan sedang berendam air panas di bathtub. Tidak heran mengapa Archimedes menemukan hukum Achimedes pada saat dia mandi. 
Otak tengah yang teraktivasi memancarkan gelombang otak yang mirip seperti radar. Hal ini membuat pemiliknya mampu melihat benda dalam keadaan mata tertutup. Pada dasarnya, gelombang tersebut terletak di bawah hidung. Hanya mampu mendeteksi benda yang terletak sedikit di bawah hidung.
Latihan yang teratur dapat membuat sang anak menjadi lebih kuat dan mampu melihat benda yang terletak lebih tinggi lagi. Bahkan ada beberapa anak yang dapat medeteksi sampai 360 derajat. Hal itu berarti mereka dapat mendeteksi benda yang terletak di belakang, atas dan semua arah.
Orang yang teraktivasi otak tengahnya akan lebih memiliki rasa cinta kasih, lebih mencintai orang tua sendiri, termasuk orang yang lebih tua, memiliki kecerdasan dan kerukunan. Memulihkan potensi awal yang semestinya dimiliki oleh umat manusia.
Otak tengah adalah jembatan yang menghubungkan dan menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan. Dengan mengaktifkannya akan memungkinkan baik otak kiri maupun otak kanan berfungsi dengan optimal. Pengaktifan otak tengah mengembalikan kekuatan otak pada keadaan semula,
Training aktivasi otak tengah telah mulai dilakukan di Indonesia. Saat ini belum banyak orang yang mengetahui keberadaan dari training ini. Training biasanya dilakukan selama 2 hari. Pada saat itu juga biasanya dilakukan training untuk para orang tua. Seperti juga bidang keahlian lainnya, orang tua berperan besar untuk dapat membantu anak mengembangkan potensi otak tengah mereka. Seorang anak dengan otak tengah yang kuat, diharapkan dapat mengembangkan otak kanan dan otak kiri secara lebih maksimal sehingga mereka dapat masuk kategori jenius. Bukan hanya dalam otak kiri (IQ, intelektual) , atau otak kanan (emosional, EQ) tetapi juga dalam ‘Loving Inteligence’. Mereka adalah individu yang seimbang dan mengasihi orang lain seperti sang pencipta mengasihi dia. Sayangnya training aktivasi otak tengah ini hanya dapat dilakukan untuk anak umur 5 – 15 tahun saja.
Selain itu, beberapa manfaat lain dari aktivasi otak tengah adalah meningkatkan konsentrasi, meningkatkan daya ingat, meningkatkan kreativitas, lebih cerdik, lebih berbakat, hormon lebih seimbang, membentuk karakter positif, dan emosi lebih stabil

Sumber :